Rabu, 29 Juli 2015

DI TAMAN TAMAN karya : Ahmad Faisal Imron

apabila seorang pencuri tersungkur di sungai itu

ia sama lusuhnya dengan ingatanku saat ini

 

begitulah, di stasiun kelabu, pualam-pualam berdebu

seperti sebuah masa lalu yang sangat lengkap bagiku

 

dan kenapa aku hanya menyimpan sebuah memo

alamat-alamat lokal, nomor-nomor yang sesat

 

begitulah, penemuan ini tak dapat dibandingkan

udara senantiasa membusuk, lebat di tubuhku

seakan-akan menjadi sandera bagi setiap manusia

 

di taman-taman, sebuah galeri yang hening

sepanjang jalan utama, taring-taring cahaya

bahkan di halte-halte di mana waktu berlalu

Tuhan seperti tak mengenal lagi kata-kataku

 

kota ini benar-benar mewariskan berbagai kesombongan

dengan label di kepala atau hurup lain di awal namanya

 

akan kukabarkan pula keganjilan-keganjilan ini:

kota yang hanya memiliki sedikit bukit

gedung-gedung yang merobek selaput cakrawala

sayap-sayap sunyi, sejauh ia melarikan diri

masih pula ia mengeram dalam setiap nyanyian

nada-nada dingin, kenikmatan dari sebuah senapan

 

di bibir trotoar saat kulihat seorang lelaki

tak dapat menyebrangi akalnya sendiri

seorang lelaki lain kulihat jidatnya mengkilat

 

ada yang mencari wajahnya di balik jendela kaca

sementara aku telah kehilangan sebuah peta

 

siang begitu bertaring

kebisingan berdenting

 

dan bagai nafas rajawali

kutahan kegelisahan ini

 

dan bagai seorang pertapa

kubiarkan lapar sempurna

 

itulah sebabnya mengapa bebanku selalu berkurang

di angkasa, setiap kali kulihat sang saka mengerang

peluru-peluru rahasia, membuat kota ini berlubang

 

begitulah, aku melangkah lagi

aku tinggalkan segala apa yang disebut keniscayaan

aku lupakan orang-orang dengan semua kejayaan

sebab aku telah menamainya: para pemabuk masa depan



 

1998

=AHMAD FAISAL IMRON=

Tidak ada komentar:

Posting Komentar