Senin, 27 Juli 2015

ASMARADANA karya : Goenawan Mohamad

Ia dengar kepak sayap kelelawar dan guyur sisa

hujan dari daun,

karena angin pada kemuning. Ia dengar resah kuda

serta langkah

pedati ketika langit bersih kembali menampakkan

bimasakti,

yang jauh. Tapi di antara mereka berdua, tidak ada

yang berkata-kata.

 

Lalu ia ucapkan perpisahan itu, kematian itu. Ia

melihat peta,

nasib, perjalanan dan sebuah peperangan yang tak

semuanya

disebutkan.

 

Lalu ia tahu perempuan itu tak akan menangis.

Sebab bila esok

pagi pada rumput halaman ada tapak yang menjauh

ke utara,

ia tak akan mencatat yang telah lewat dan yang

akan tiba,

karena ia tak berani lagi.

 

Anjasmara, adikku, tinggallah, seperti dulu.

Bulan pun lamban dalam angin, abai dalam waktu.

Lewat remang dan kunang-kunang, kaulupakan

wajahku,

kulupakan wajahmu.

 



1971

=GOENAWAN MOHAMAD=

Tidak ada komentar:

Posting Komentar