Minggu, 26 Juli 2015

BLUES karya : Bagus Burham

maka, kembalilah lidah dari diam ke bahasa

perbincangan antara teh dan kopi robusta

di luar hujan tak surut meleleh di atas tanah

 

disini kata-kata tersambung menjadi kalimah

tak sampai selesai, terpotong suara desis gerimis

tak berunjung noktah, tertumpuk suara hibuk

orang-orang yang mencari kehangatan musim

 

saksopon mengalun merdu, serupa adagio

langkah kaki dari yang basah, masuk tanpa permisi

menelusuri meja dan memesan segelas kopi

 

kau tangkap perbincangan, meruncing ke inti

kemari, kita terus mengurai pecahan tanya

dari mulai basa basi hingga serius yang berarti

percakapan yang memakan bibir dan hati

 

kau, tak mengerti betul. tentang lidah yang tumpul

menghadapi dingin musim di luar kafe

semestinya, tempias kecil yang berlelehan di kaca

telah membangunkan deras diri hujan

 

tiang lampu sepi sendiri bergerimis hujan

dan payung yang kau sandarkan di pojok kafe

tetap menguncup, meski hujan semakin menyusup

 

angin menyingkap musik yang berdetak lembut

mengusik daun-daun, berdesik namun tak jatuh

rona lampu, berteduhlah para serangga

kita berdua, melompat pada rimisnya drama

yang mungkin tetap tak berarti apa-apa

 

kau masih betah, kan di sini? detik tetap hujan

akan tumbuh banyak luka di kayu lapuk

sekelompok laron di pendar lampu yang menumpuk

 

kuli dan penyair selau sama

mereka letih. mencoba mengartikan

semua tanda. tetapi penyairlah yang lebih derita

 

hujan tak ingin berhenti

kali ini, ada yang coba ia katakan

kepada bumi, sebelum ia masuk ke tanah

menginginkan sesuatu dari sini, tapi masih semu

 



=BAGUS BURHAM=

Tidak ada komentar:

Posting Komentar