Rabu, 26 Agustus 2015

TAK ADA KEBUN KOPI karya : Gol A. Gong

Ketika sampai di Dermaga Baloang

ramai sopir angkutan menawarkan tumpangan,

“Pengembara, pengembara! Ayo naik motor becakku.

Tak berlaku syariat di Sabang. Mari kita bergembira.”

 

Kota Sabang menyambutku dengan gerimis

wajah keriput Hokkien ada di saku baju

satu alamatnya kutemukan di lipatan kertas kopi

kuserahkan ransel lusuhku untuk diperiksa

apakah kita masih bersaudara?

 

Kususuri gedung tua tak bernomor

memantulkan tubuh renta kakekku

yang dikirim Belanda sebagai pesakitan.

 

Kuketuki pintu reyot pertokoan

ruang kosong menahan rindu tanah leluhur

tak kulihat kebun kopi di dalamnya

 

Hokkien renta menawarkan malam kepadaku

menyeduh kopi plastik di trotoar jalan

sudah bergelas kopi malam ini dihabiskan

untuk harapan digantung di lampu jalan

“Pemimpinku tak paham pergaulan.

 

Dermaga kosong. Pulauku ketinggalan zaman.

Aku katak dalam tempurung,” kauaduk

kopi gelasmu hingga keruh.

 

Kuhirup seteguk kopi rasa gula aneh di lidah

yang kuminum tadi pasti bungkus plastiknya.



 

Hotel Pum, Sabang, Pulau Weh, 3 Mei 2013

=GOL A. GONG=

Tidak ada komentar:

Posting Komentar