Selasa, 25 Agustus 2015

GAGAK PUTIH karya : Gus T.F

Jangan terlalu percaya pada mata. Mungkin materi

yang membentuk realitas ini cuma gelombang suara. Dengarlah.

Seseorang menyebut sayap, padahal ia bukan burung. Seorang

menyeru cahaya, padahal ia tidak buta. Di depannya,

ia bisa melihat gagak, mendengar koak, dan bulu yang hitam.

 

         “Tapi aku ingin gagak putih,” katanya. Dan ia pun

mulai mengembara. Dari satu kota ke lain kota, dari satu masa

ke lain masa. Tapi apakah kota? Tetapi apakah masa? Hanya khayal,

tempat orang memotong diri untuk kemudian menyusunnya. Mungkin

antara usus dan lidah. Mungkin antara bokong dan tulang kepala.

Pernahkah kaulihat makhluk yang tidur telentang dengan dua muka?

 

         “Tapi aku ingin gagak putih!” teriaknya. Tetapi aku

bisa pula tuli karena gelombang suara. Makhluk dua muka itu.

Ia bangkit, dan melolong seperti serigala. Ia mendecis

seperti binatang buas di depan mangsa. Tidakkah

engkau yang memasukkan

lolong dan decis itu ke mulutnya? Ah.

 

Kututup telinga. Tanpa gagak putih, aku terus, dan terus berubah.



 

Padang – Payakumbuh, 1997

=GUS T.F.=

Tidak ada komentar:

Posting Komentar