Minggu, 30 Agustus 2015

PEREMPUAN YANG BERUMAH DI TEPI PANTAI karya : Subagio Sastrowardojo

bunga yang kusenangi kupasang di jendela

daun pintu terbuka

kursi lengang dekat meja

lagi kupanggil namanya di lorong rata

menjauh langkah tergesa

bergema hampa

 

lampu di kamar tetap menyala

tumpah di pangkuan surat lama

lonceng mati di angka tiga

masih yakin dia ada

tinggal aku diam terjaga

pagi rebah di pinggir desa

 

sinar hari membelah ruang

rumah kosong nampak tua

hiasan dinding tanpa guna

di pantai kembali surut air kelam

ke lubuk laut entah di mana

betapa dalam sunyi menikam

 

tikar pandan terhampar di lantai

sandal sepasang tak terpakai

kopi di cangkir belum tersentuh

berapa lama harus bersimpuh

menanti sapa di mulut pintu

ucapan salam kepadaku

 

semua sudah bersih di dalam

pakaian putih terlipat di tilam

badan siap menyambut dia yang diharap

ingin diri meniarap lata

berteriak seru mari

tapi setiap terbilang kata

bayangan hening lari

 

tubuhku rumah yang butuh dihuni

suasana hampa damba akan isi

air tenang menangis di rongga sunyi

apatah kehadiran tanpa dihadiri

kemanusiaan minta saksi

lonceng bergoyang sebelum mati

 

telah kusisir rambutku kusut

kaca bening tergantung di sudut

asal saja pecah hening ini

dibawa berbincang sepanjang pagi

atau diam pandang-memandang mengajuk hati

tamu, datanglah datang

 

seandainya datang, aduh

kubasuh kakinya sambil berdendang

kusupkan nasi dengan tangan sendiri

kesendirian begitu ngeri

setiap dia memalingkan wajahnya ke mari

aku akan memekik girang ya aku di sini

 

tak terlarai aku dan dia

darat dan laut saling memadai

hamba dan tuan berkait abadi

sudah terdengar ombak berdebur di karang

sayup-sayup memanggil suara tersayang

lekas ke pantai aku menjelang




=SUBAGIO SASTROWARDOJO=

Tidak ada komentar:

Posting Komentar