Rabu, 26 Agustus 2015

NEGARA WAKTU karya : Gus T.F.

kau pun lalu berkata, “Hanya ketika waktu tak ada,

kau boleh bilang keabadian engkau yang punya.”

 

Tapi inilah kota – katamu negara – yang tergerus angan cahaya.

Setiap hari bila terjaga, kau bermandi khaya khatulistiwa.

Katamu, “Lihatlah akar menjalar, merucut tumbuh ke batang tubuh.

Atmosfer cair, melengkung rebah ke bingkai air.

Sungai inikah, cemas sejarah, mengalir-bermuara ke laut entah?”

 

Tapi inilah kampung – katamu kota – yang tercangkul di ritus tanah.

Setiap hari bila terjaga, engkau tercerap, lenya ke khayal indah.

Katamu, “Lihatlah gedung menjulang, menyundul awan bagai melayang.

Lampu berpendar, berdenyar ke gelung akar.

Beton inikah, cemas sejarah, memanggul-bawa ke zaman entah?”

 

Mereka pun lalu berkata, “Hanya ketika kau tak ada,

kampung dan kota bagai waktu, akan memisah tak berkira.”

 



Payakumbuh, 1998

=GUS T.F.=

Tidak ada komentar:

Posting Komentar