Selasa, 25 Agustus 2015

MITOLOGI karya : Gus T.F.

Saat kanak-kanak, ia gemar melihat dirinya dalam cermin

di kamar Ibu. “Itulah kamu,” kata si Ibu seraya melepaskan seekor

burung di dalamnya. Burung itu cantik, pupilnya terang, paruhnya

merah muda. “Sebagai teman, tentu, bila Ibu tak ada.”

 

         Saat ia mulai remaja, cermin itu dipindahkan Ibu

ke kamarnya. Setiap berkaca, burung itu berkicau berputar

putar di atas kepala. Apakah yang dikatakannya? Adakah

yang diinginkannya? Bila dirinya tak ada, ia merasa

burung itu kesepian; dan tentu menderita.

 

         Saat dewasa, sebab entah sibuk bekerja, ia mulai

jarang berkaca. Burung itu, entah memang karena ia lupa,

jarang pula tampak olehnya. Bertahun-tahun,

 

berpuluh-puluh tahun, mereka bagai bukan bagian

dari bersama. Tapi suatu ketika, dalam usia separo baya, ia

melihatnya. Burung jelek, kusam, tak ubahnya kelebat muram

 

dalam hidupnya. Betulkah itu dia?

 

         Kini ia telah tua. Di depan cermin, pedih,

ia sering merindukannya. Burung itu – burung itu,

memang, sebenarnya tak pernah ada.



 

Payakumbuh, 1997

=GUS T.F.=

Tidak ada komentar:

Posting Komentar