Kamis, 22 Oktober 2015

PENGEMBARA karya : Isbedy Stiawan Z. S.

 

ia tersenyum. katanya kemudian, biarkan aku dilumat

oleh petang demi petang. dalam pengembaraan yang diwarnai cinta,

apa yang tak indah? tanah selalu ditumbuhi bunga, langit lembayung

pelangi. di tubuh ini bermekaran benihmu yang akan kusemai

di musim panen nanti. (lalu ia menggamit lenganmu, mendekap-rapat

di keluasan cintamu).

“aku bukan Juliet yang mati meminum racun

di pembaringan pengantin yang lama disiapkan,” ia berbisik.

lalu bau pantai menguar. lalu aroma taman meruap. ia pun seperti

lelap: ia bayangkan hidup di firdaus penuh buah dan bunga—pohon

larangan untuk didekati—melambai, seperti hendak menggapai. kau

lalu memeluknya, sangat ingin mengecupnya sekali lagi. kau

amat khawatir tak ada lagi pertemuan, tak akan ada jalan

pengembaraan setelah ini. sebab seluruh jalan sudah patah,

dan kau akan kembali ke rumah. menemani keriuhan sambil

menghitung-hitung kesunyian,

“sebenarnya petang sudah makin beruban. jendela kamar

tempat kita singgah sementara seharusnya sudah ditutup untuk tidak

membiarkan angin membelai tubuhmu,” katamu seraya menutup

rapat selimut ke tubuhmu dan dirinya.

“selamat malam, selamat tidur. jika pagi esok kaudapati

matahari di tepi jendela, artinya waktu masih setia untuk kita. maka pejamkan

matamu, kota-kota yang riuh akan mati.”

ia lalu tersenyum. melupakan perjalanan yang telah jauh ditempuh,

khianat yang laknat. cerca yang diam-diam dalam tertanam,

dan entah esok akan menggemuruh sebagai ledakan-ledakan

“tapi aku akan mencatat tanda di tubuhmu, tanggalkan

pakaianmu. kuhitung untuk kuingat berapa bekas kecupanku berlabuh,

dan entah kapan pastilah kujadikan suluh,

ketika mataku buta dan tongkat tiada,” ia berkata

setengah memaksa.

ia tersenyum. demikianlah kisah ditulis dan kita membacanya

di rumah-rumah sunyi

di rumah-rumah yang hangat oleh cinta sekalipun!

kau tersenyum. demikian kisah dibaca dan ditulis

dalam lembar-lembar pengembara

lelaki khianat, betina laknat

--dan kisah-kisah itu terbaca oleh kita—

di hari lain suatu ketika…




denpasar juni 1998-lampung 2001

=ISBEDY STIAWAN Z. S.=

Tidak ada komentar:

Posting Komentar