Kamis, 22 Oktober 2015

DI NGARAI HUJAN BERURAI karya : Isbedy Stiawan Z. S.

di ngarai sianok, ketika langkahku nyentuh dingin

hujan pun berurai. segelas kopi tiba-tiba gigil

seperti meninggalkan mantel di jalan

--pagi berkabut, malam berembun—

Seperti sijingkat maut

Seperti bibir mengulum

ada cerita yang kemudian dilupakan

dari benteng japang

menyusuri lengang

suara-suara sumbang

aku amat cemburu. Mengapa tak kaubawa

kisah lama, malin yang duduk di wajah batu

atau ibu yang menadah ke curahan hujan

sebelum petaka benar-benar tiba. (mungkin aku

yang dikutuk atau terkutuk: sebagai batu

lalu berabad-abad menunggu hujan reda

dari kelopak mataku. (Tapi di pelipisku masih tampak

bekas luka yang kauhunjamkan sebagai dendam)

aku sangat cemburu. Bertahun-tahun kubaca kaba dan tambo

di sepanjang jalan menuju pantai kisah.

Dan ngarai ini selalu membawa kenang

Selalu melupakan ingatan:

aku orang baru asing…..




Padang 1984, 1997

=ISBEDY STIAWAN Z. S.=


Tidak ada komentar:

Posting Komentar