Senin, 19 Oktober 2015

PELUIT TERAKHIR karya : Isbedy Stiawan Z. S.

segeralah berbenah. perjalanan tak memberi waktu lagi buatmu istirahat
bahkan sekadar tertawa bagi pengantar. sesaat lagi peluit terakhir
untuk kau tuju kursimu. dengan cemas kau mesti lupakan tiap kenangan
dan hari-hari kencan. peron kembali menuju sepi setelah pengantar
pulang.

“kereta terakhir telah berangkat, para pengantar diminta meninggalkan
peron,” speaker mengingatkan. kau pun jauh berpacu tanpa tahu jam
berapa tiba di tujuan. para pengantar pulang tanpa mengingat kenangan
saat pertemuan. kembali sebagai pendatang tapi tak mau pulang

kau tiba di stasiun akhir. para penjemput melambai padamu. “selamat
datang di kota yang belum pernah kau singgahi. kota asing yang hanya
ada dalam mimpimu, namun sudah tertulis pertama kau melangkah.”
segera kemasi barang-barangmu, juga bekal yang kau simpan di dalam
tas. “banyak sekali bawaanmu, padahal di kota ini setiap pendatang
tak membutuhkan apa-apa lagi. ia akan memetik dari tumbuhan yang ada
jika lapar dan haus. sungai mengalirkan susu ibu,” pesan penjemput

peziarah siap dengan segala cacian jika kau lupa mengucap salam, sebab
pendatang harus tahu maunya penjemput. kota bukan rumah besar tanpa
penghuni. setiap nafasmu dijaga oleh beribu jam yang tergantung di tiap
dinding jalan: -- merah, kuning, hijau --

kau boleh pilih satu warna saja!



lampung, 2008
=ISBEDY STIAWAN Z. S.=

Tidak ada komentar:

Posting Komentar