Selasa, 29 September 2015

AIR MATA HUJAN karya : Agus R. Sarjono

Jangan bidikkan aku, ronta Bedil sambil menggigil. Diam !
Bentak tangan. Aku harus meledakkan anak-anak itu.
Tapi mereka masih belia ! Lihatlah senyumnya yang muda
dan mereka tidak meminta lain selain kesejahteraanmu juga.
Bukankah engkau sering mengumpati gaji yang tak cukup
nafas hidup yang sempit, hingga harus berderap kian kemari
mengutip sesuap nasi

Jangan bidikkan aku, raung Bedil. Diam ! Ini bukan persoalan
bukan persoalan pribadi, hardik Tangan. Ini masalah politik.
Satu dua nyawa
sebagai taktik. Tapi ini bukan soal angka,
bukan soal satu dua
tapi soal ibu meratap kehilangan, soal dimusnahkannya
satu kehidupan
soal masa depan manusia yang dibekam. Soal hal……
Tutup mulutmu barang dinas ! Kamu hanya alat
dan jangan berpendapat. Itu urusan politisi di majelis sana
Tapi mereka hanya bahagia ! Sergah Bedil.
Mereka
tak pernah peduli padamu, pada mereka, pada yang miskin
dan teraniaya. Mereka tak mengurusi siapa-siapa selain
dirinya. Dor !
Bedil itu tersentak. Jangan …… Dor….dor…..dor….
dor……. Selesai sudah

gumam tangan. Bukankah ini sudah berlebihan, isak Bedil.
Entahlah, gumam Tangan, aku tak tahu. Aku penat.
Aku hanya ingin istirahat. Semoga istri dan anak-anakku
di rumah sana semuanya selamat.

Bedil itu menjelma hujan. Tak putus-putusnya
mencurahkan airmata.



1998
=AGUS R. SARJONO=

Tidak ada komentar:

Posting Komentar