Sabtu, 28 November 2015

JIWA BULAN karya : Indra Tjahyadi

Jiwa bulanku murung—menembakkan revolvernya.

Burung-burung marabu menjemput sakraktul,

membangun jalan dari kengerian dan bisu.

Kau tahu, hujan telah percuma bagi hatiku.
Di akhir lindu, laut meluap—tapi arwahku tipis,
masih saja membayangkan lesung pipimu!

Persis di belah kecil payudaramu, bumi kemabukanku remuk.
Kejahatanku yang teguh meluaskan retakan, memacu pekik,
menghamburkan reruntuh
Peronda-peronda malam dengan paloma di tangan menginsyafi arah mendung.

Di dasar badai, mayatku berenangan-melukiskan lanskap 100 bau anyir dan bisu.

Di mana-mana hanya ada tangis,
sementara jenazahku memuja-muja siksa segenap kubur,
"Sayang, iklim terlampau lembab bagi cintaku."
Gedung-gedung yang menjulang menjadi bagian
dari seluruh pendiaman dan kutuk!

Kau tersenyum.
Sebagai deja vu, kematianku diburu derita, bersilolong,
100 tahun menjelma himne bagi kekalahan dan pilu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar